“Tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam”. (2 tesalonika 3:8)
Mazmur 58; Markus 2; Imamat 26-27
[kitab]Mazmu58[/kitab]; [kitab]Marku2[/kitab]; [kitab]Imama26-27[/kitab]
Galih sebenarnya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang guru. Tetapi, jalan hidup akhirnya membawa ke profesi yang secara pendidikan formal tidak pernah dirasakannya. Hanya berbekal pengalaman kursus sampai di usia uzur, ia harus menjalani pekerjaan yang menjadi satu-satunya mata pencariannya, yakni mengajar di sebuah Sekolah Dasar Di Solo.
Meski harus berjalan kaki dari rumah ke tempat kerjanya, ia tak tersirat perasaan enggan di wajah lelaki tua ini dalam menjalani tugasnya. Lelaki yang dikaruniai 12 anak dan menjalani profesi sebagai pengajar sejak tahun 1966 ini, menambahkan penghasilannya dengan menjadi pengajar kursus agama Kristen yang diadakan di gereja tempatnya beribadah.
Firman Tuhan mengajarkan kita supaya melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia (bnd. Kolose 3:23). Berarti, setiap karya kita merupakan hasil pergumulan kita akan kehidupan yang dinaungi oleh Kasih-Nya. Kesetiaan pada profesi yang sedang kita jalani mencerminkan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama, entah kita akan berkutat di sebagian besar bilangan tahun umur-umur kita seperti Galih, atau kita memilih banyak jalan alternatif yang ada dan membaginya dengan tenggat waktu kehidupan kita.
Mari kita mencintai apa yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, bukan seperti untuk manusia tetapi seperti untuk Tuhan. Segala pekerjaan yang baik dan benar adalah berkat dari Tuhan, karenanya lakukanlah yang terbaik dan dengan kasih.